Orang Kurang Kerjaan

Berhubung saya sedang pengangguran tingkat tinggi, alias tidak ada kerjaan, maka saya memutuskan untuk jalan-jalan ke Botani Square. Kebetulan, Ody juga mengajak saya untuk menonton film The Last Airbender bersama temannya yang perempuan. Namun, sepertinya saya kurang begitu interest dengan film tersebut. Saya pun mengajak Ody untuk menonton film yang lain. Namun, berhubung dia dibayarin, jadi tidak ada alasan untuk tidak menonton film tersebut. Ody terus memaksa saya untuk menemaninya. Namun, saya teguh pada pendirian untuk tidak menonton film tersebut. Lalu, dia beralasan bahwa kursinya sudah dipesan (entah itu alasan nyata, atau dibuat-buat namun memang pada kenyataannya kursinya sudah mereka beli). Saya pun jatuh ke dalam sebuah dilema antara merasa sayang apabila kursi tersebut harus hilang dengan percuma, ataukah tetap bersikukuh untuk tidak menonton film tersebut. Pada akhirnya saya mengusulkan kepadanya untuk mencari orang lain saja yang mungkin juga pengangguran seperti saya untuk mengisi kursi kosong tersebut. Maklum, saya kurang resep sama jagoannya, dan itu dapat menyebabkan kepuasan dalam diri setelah menonton bisa berkurang. Dia pun menerima saran saya tersebut. Dengan ini saya menyatakan bahwa taktik untuk menghindari nonton Last Air Bender SUKSES!

Selain Ody, Tito juga mengajak saya nonton. Namun, bukan film The Last Air Bender, melainkan Salt yang notabene baru saja saya saksikan kemarin. Saya pun bertanya bahwa apakah ada film lain. "Ada Rick, Killers.." jawabnya. Setelah saya pikirkan matang-matang, sembari mencari informasi tentang film tersebut di internet, saya pun memantapkan niat untuk menontaon film tersebut. Ya mungkin itu juga salah satu alasan mengapa saya enggan menonton The Last Air Bender. Maka berangkatlah saya menuju Botani Square..

Sebelum ke sana, saya dipaksa mama untuk membayar gitar di Yamaha Pajajaran. Salah saya sih waktu kemarin Senin lupa membayar. Oke, turun, nyebrang, masuk. Di dalam, ada seorang petugas yang sedang pulas tertidur di depan TV. Saya tidak yakin bahwa dia mas mas yang menjaga lobi. Jadi, saya pun menunggu di lobi yang kosong. Cukup lama, mungkin sekitar 10 menitan saya berdiri di sana hingga akhirnya mas yang tadi terbangun. Saya pun berkata bahwa saya akan melakukan bayaran. Ternyata, memang ia yang mengurus. Aduh, salah sangka. Tahu begitu dari awal saya bangunkan.

Setelah itu, sampailah saya di Botani Square, dan tahu apa, di sana baaaaanyaaaak sekali kenalan saya, baik yang masih bersekolah di SMA Bina Insani, maupun alumni Bina Insani. Baru masuk udah ketemu, di dalam ketemu lagi yang lain, ke atas ketemu lagi yang lain lagi. Waduh, mentang-mentang liburan awal puasa sudah hampir habis lagi. Siapa peduli lah, yang penting semuanya happy.

Berhubung tidak ada kabar lagi dari si Tito, saya pun memesan satu tiket Killers buat saya sendiri. Mungkin tidak banyak orang yang melakukan hal tersebut karen ia mungkin akan di-cap sebagai orang kurang kerjaan. Tetapi, memang saya sedang kurang kerjaan, maka saya bebas melakukan apa saja yang saya suka. Hahaha

Tiket dipesan, saya pun masuk. Tiba-tiba, sms saya bunyi. Isinya adalah si Tito yang bertanya dimana saya. Telat dia baru bertanyanya setelah saya masuk. Jadi ya saya bilang bahwa saya sudah di dalam, row A 13, nonton Killers. Tahu mereka sudah datang saya akan memesankan 4 tiket. Haduh haduh.. Jadi saja saya tetap menjadi si orang kurang kerjaan. Ga ada yang komen-komen, dan ga ada yang usil-usil. Hmm..

Selesai nonton, saya bertemu Tito, Imam, dan temannya Imam. Saya juga bertemu Ody yang sudah keluar terlebih dahulu bersama Maman. Lapar mulai menghampiri kami, jadi kami memutuskan untuk makan di MEKDI. Orang yang pertama kali mendengarnya mungkin akan berasumsi bahwa itu adalah restoran McD yang terkenal akan ayam gorangnya. Namun, apa yang sebenarnya kami bahas jauh dari bayang tersebut. MEKDI itu merupakan singakatan dari Mie Enak Khas Dan Istimewa. Bisa saja dia membuat singkatannya. Ckck.. Masuk, pesan, makan, bayar, balik lagi ke Boqer. Maman dan Imam pulang lebih awal dikarenakan mereka harus kursus inggris di LIA.

Sekembalinya kami ke dalam, kami mulai kurang kerjaan (atau mungkin lebih tepatnya kembali kurang kerjaan karena memang dari awal kami kurang kerjaan). Kami beranjak ke Gramedia, baca-baca banyak komik, buku, dsb. Lalu, kami mulai merasa bosan. Tito pun membayar majalah yang ia beli, dan dengan santainya mbak mbak kasirnya mengembalikan duit Tito dengan banyak sekali recehan 200. Mungkin nilainya hanya Rp. 3000, namin jika dibagi 200, maka Tito mendapatkan 15 keping 200-an. Cukup banyak dan membuat kantong penuh, dan juga berbunyi cring. Kami pun kembali ke atas, dan memutuskan untuk keluar.

"Ngapain lagi ya kita?" tanya saya kepada yang lain. Tidak ada yang tahu, tetapi pada akhirnya terlintas sebuah ide untuk menukarkan Free Goceng KFC saya. Tito dan Ody setuju akan ide saya tersebut. Maka kami pun berjalan menuju KFC Pajajaran yang jaraknya tidak jauh dari Boqer. Antre sebentar, lalu tiba giliran kami. Saya tukar sms saya itu dengan Colonel's Sundae, Tito memesan Milo, dan Ody memesan Shooter. Entah kenapa untuk minuman-minuman float sepertinya jumlah es yang dimasukkan lebih banyak dari jumlah airnya. Oleh sebab itu saya tidak memesan Strawberry bliss. Kami pun duduk sambil mengobrol-ngobrol disertai dengan menikmati apa-apa yang kami pesan. Waktu magrib sudah hampir datang. Kami memutuskan untuk pulang. Gracias !

Komentar

  1. don't say yes when u want 2 say no. . . Thats my boy

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Pustaka Mudah dengan Mendeley

Daftar Isi Otomatis dari Microsoft Word

Target 2015