Pengalaman Berharga
Sepulang sekolah, saya beserta rekan OSIS berniat untuk membereskan ruang OSIS. Namun, sebelum membereskan, beberapa dari kami ada yang harus berlatih nasyid terlebih dahulu sehingga mereka-mereka yang tidak latihan diharuskan untuk menunggu. Sempat terlintas dipikiran saya untuk bergegas pulang namun pada akhirnya tidak jadi saya lakukan karena masih ada Dias dan Ody di sekolah.
Setelah menunggu cukup lama, kami pun mulai membereskan ruang OSIS. Barang-barang di dalamnya di keluarkan, disapu, dan dirapikan. Tugas selanjutnya adalah membereskan baju-baju bekas, memisahkan yang layak pakai atau tidak. Cukup lama kami membereskan, terkadang diselingi canda tawa, dan akhirnya pekerjaan berat itu pun selesai.
Seharusnya kami bisa langsung pulang. Namun, berhubung hujan turun dengan derasnya, maka kami memutuskan untuk tetap tinggal.
Saya bersama Ody, dan Dias, serta Firda, seorang teman perempuan saya yang lain yang meminta saya pulang bersama dengannya dikarenakan memang satu arah dengan jalan pulang ke rumah saya. Berhubung hujan masih deras, maka kami masih bertahan di sekolah.
Dias dengan iPodnya, Ody dengan iPod saya, dan saya dengan laptop Dias. Ka
mi memakai headset untuk memberikan sensasi ekstra. Imbasnya, Firda menjadi terasingkan. Hahaha, sial saja dia. Bersama laptop Dias, saya dan Ody bermain poker di Facebook seperti yang biasa kami lakukan.
Setelah cukup reda, maka saya dan Firda memutuskan untuk pulang. Saya sudah mengajak Dias dan Ody untuk pulang bersama, namun tidak satupun dar mereka membawa payung dan sepertinya Dias masih trauma dengan kasus menembus badai yang merusak monitor laptopnya.
Berhubung payung hanya satu, terpaksa sepayung berdua. So sweet sekali kami. Hahaha. Dia merupakan seorang wanita yang cukup bawel dan cerewet, sedangkan saya merupakan sesosok pria yang pendiam. Jadi, setiap dia mengoceh, saya hanya menjawab dengan "hmm.." atau ketawa yang boleh dikatakan simpel.
Kami menunggu Trans Pakuan. Namun, apa yang kami tunggu tak kunjung datang. Masih sabar menunggu, sembari bercanda. Namun sepertinya tidak ada TP yang lewat. Hujan semakin deras, payungnya mulai tertembus. Kami pun memutuskan untuk naik Pusaka walaupun reputasinya kurang baik terutama jika sudah. Tak apa, yang penting cepat sampai. Kami banyak bercerita dari katanya dia sempat kaget melihat SMA Bina Insani yang terlalu dimanja dimana muridnya seperti 'disuapin' dan tidak terlalu diajarkan untuk mandiri. Lalu bertanya bahwa mengapa saya tidak masuk SMA negri dan memilih swasta, dan banyak hal lain untuk di-'share'. Ya lumayanlah sekedar informasi untuk mengubah diri sendiri menjadi lebih baik.
Maka turunlah kami di Bangbarung, naik 08 sembari masih mengobrol. Saya pun harus turun dan mengakhiri pertemuan ini. Terima kasih, Firda.
Bagaimana dengan nasib Ody dan Dias yang tadi tidak ikut pulang bersama saya? Ternyata mereka masih betah di sekolah, atau boleh dibilang terperangkap dan tidak bisa pulang. Padahal, sebentar lagi waktu berbuka puasa datang. Saya pun sedikit mengolok-oloknya ketika ia meminta saya untuk kembali sembari membawa makanan berbuka. "Makanya, sedia payung sebelum hujan. Hahaha" canda saya.
Setelah menunggu cukup lama, kami pun mulai membereskan ruang OSIS. Barang-barang di dalamnya di keluarkan, disapu, dan dirapikan. Tugas selanjutnya adalah membereskan baju-baju bekas, memisahkan yang layak pakai atau tidak. Cukup lama kami membereskan, terkadang diselingi canda tawa, dan akhirnya pekerjaan berat itu pun selesai.
Seharusnya kami bisa langsung pulang. Namun, berhubung hujan turun dengan derasnya, maka kami memutuskan untuk tetap tinggal.
Saya bersama Ody, dan Dias, serta Firda, seorang teman perempuan saya yang lain yang meminta saya pulang bersama dengannya dikarenakan memang satu arah dengan jalan pulang ke rumah saya. Berhubung hujan masih deras, maka kami masih bertahan di sekolah.
Dias dengan iPodnya, Ody dengan iPod saya, dan saya dengan laptop Dias. Ka
mi memakai headset untuk memberikan sensasi ekstra. Imbasnya, Firda menjadi terasingkan. Hahaha, sial saja dia. Bersama laptop Dias, saya dan Ody bermain poker di Facebook seperti yang biasa kami lakukan.
Setelah cukup reda, maka saya dan Firda memutuskan untuk pulang. Saya sudah mengajak Dias dan Ody untuk pulang bersama, namun tidak satupun dar mereka membawa payung dan sepertinya Dias masih trauma dengan kasus menembus badai yang merusak monitor laptopnya.
Berhubung payung hanya satu, terpaksa sepayung berdua. So sweet sekali kami. Hahaha. Dia merupakan seorang wanita yang cukup bawel dan cerewet, sedangkan saya merupakan sesosok pria yang pendiam. Jadi, setiap dia mengoceh, saya hanya menjawab dengan "hmm.." atau ketawa yang boleh dikatakan simpel.
Kami menunggu Trans Pakuan. Namun, apa yang kami tunggu tak kunjung datang. Masih sabar menunggu, sembari bercanda. Namun sepertinya tidak ada TP yang lewat. Hujan semakin deras, payungnya mulai tertembus. Kami pun memutuskan untuk naik Pusaka walaupun reputasinya kurang baik terutama jika sudah. Tak apa, yang penting cepat sampai. Kami banyak bercerita dari katanya dia sempat kaget melihat SMA Bina Insani yang terlalu dimanja dimana muridnya seperti 'disuapin' dan tidak terlalu diajarkan untuk mandiri. Lalu bertanya bahwa mengapa saya tidak masuk SMA negri dan memilih swasta, dan banyak hal lain untuk di-'share'. Ya lumayanlah sekedar informasi untuk mengubah diri sendiri menjadi lebih baik.
Maka turunlah kami di Bangbarung, naik 08 sembari masih mengobrol. Saya pun harus turun dan mengakhiri pertemuan ini. Terima kasih, Firda.
Bagaimana dengan nasib Ody dan Dias yang tadi tidak ikut pulang bersama saya? Ternyata mereka masih betah di sekolah, atau boleh dibilang terperangkap dan tidak bisa pulang. Padahal, sebentar lagi waktu berbuka puasa datang. Saya pun sedikit mengolok-oloknya ketika ia meminta saya untuk kembali sembari membawa makanan berbuka. "Makanya, sedia payung sebelum hujan. Hahaha" canda saya.
Komentar
Posting Komentar