Arsenal, kenapakah?
Arsenal kembali dilanda duka. Setelah imbang melawan Newcastle, dikalahkan Liverpool, kali ini mereka diluluhlantahkan salah satu 'rival' mereka, Manchester United. Tidak tanggung-tanggung, delapan kali gawang Sczesny dibobol tim setan merah. Arsenal hanya bisa membalas lewat gol Walcott, dan RvP.
Ini seperti pepatah "menambah garam di atas luka." Penderitaan tim asuhan Wenger ini seolah tiada henti. Setelah ditinggal beberapa pilar pentingnya seperti Fabregas, Nasri, dan Clichy, Arsenal masih belum dapat menunjukan performa terbaiknya seperti sedia kala. Layaknya lubang tak ditambal pada ban karet, semakin lama akan semakin gembos. Selama ini, Wenger tidak pernah membeli pemain bintang. Ia terlihat sangat teliti dalam memilih pemain dan ekstra hati-hati dalam merogoh kocek. Ia lebih suka membeli pemain muda dan mencetaknya sebagai pemain bintang. Tiap sesuatu ada plus dan minus, dan sayangnya untuk kasus yang satu ini lebih mencolok minusnya --Arsenal tak pernah lagi meraih trophy sejak 2005. Beberapa kali mereka berkesempatan untuk bertahta, namun ada saja yang menghalanginya. Pada akhirnya semua menyoroti para pemain yang dianggap tidak bermental juara. Kenapa? Tidak ada pemain bintang yang memang sudah siap untuk memenangi trophy. Kasarnya, anak muda belum tahu rasanya juara sehingga mereka bingung bagaimana caranya memenangi gelar.
Akhir-akhir ini permainan Arsenal terlihat limbung, apalagi jika menyorot lini belakang. Secara tidak langsung ketidaknyamanan pemain akan pertahanan mereka dapat mempengaruhi mental rekan se-tim untuk lebih 'all-out.' Terlihat beberapa kali mereka terlibat adu mulut ketika pertahanan mereka keropos. Ini adalah problem sejak lama yang dialami Wenger cs dan sepertinya belum juga dibenahi.
Saya juga kehilangan 'tick-tock' passsing yang biasanya diperagakan Arsenal. Bagi saya, ini sangat menghibur. Entah ini merupakan bagian dari taktik belajar dari pengalaman hampa gelarnya atau para pemain tak lagi mampu melakukannya. Operan satu-dua jarang terlihat dan bahkan sepertinya mereka lebih senang lari sendiri. Tidak tahukah mereka ada 10 pemain lagi mendukung dari belakang?
Satu lagi masalah tim ini adalah 'fair-play.' Menilik hasil dari tiga pertandingan pekan awal, Arsenal mencetak 'hattrick' kartu merah di setiap pertandingannya. Ini merupakan rekor, namun bukan hal yang patut dipertahankan. Sebelas pemain saja masih belum seimbang, apalagi jika ditinggal satu pemain? Padahal setahu saya dulu Wenger mati-matian membela fair-play, tetapi mengapa berakhir seperti ini?
Tentu para fan Arsenal, termasuk saya, menginginkan untuk melihat tim kesayangannya kembali ke performa terbaik, kembali ke jalur juara. Seandainya saja masalah-masalah di atas dapat segera teratasi, semoga saja semua bisa beres. Mungkin hanya satu kata terakhir yang bisa saya sampaikan: berjuanglah!
Ini seperti pepatah "menambah garam di atas luka." Penderitaan tim asuhan Wenger ini seolah tiada henti. Setelah ditinggal beberapa pilar pentingnya seperti Fabregas, Nasri, dan Clichy, Arsenal masih belum dapat menunjukan performa terbaiknya seperti sedia kala. Layaknya lubang tak ditambal pada ban karet, semakin lama akan semakin gembos. Selama ini, Wenger tidak pernah membeli pemain bintang. Ia terlihat sangat teliti dalam memilih pemain dan ekstra hati-hati dalam merogoh kocek. Ia lebih suka membeli pemain muda dan mencetaknya sebagai pemain bintang. Tiap sesuatu ada plus dan minus, dan sayangnya untuk kasus yang satu ini lebih mencolok minusnya --Arsenal tak pernah lagi meraih trophy sejak 2005. Beberapa kali mereka berkesempatan untuk bertahta, namun ada saja yang menghalanginya. Pada akhirnya semua menyoroti para pemain yang dianggap tidak bermental juara. Kenapa? Tidak ada pemain bintang yang memang sudah siap untuk memenangi trophy. Kasarnya, anak muda belum tahu rasanya juara sehingga mereka bingung bagaimana caranya memenangi gelar.
Akhir-akhir ini permainan Arsenal terlihat limbung, apalagi jika menyorot lini belakang. Secara tidak langsung ketidaknyamanan pemain akan pertahanan mereka dapat mempengaruhi mental rekan se-tim untuk lebih 'all-out.' Terlihat beberapa kali mereka terlibat adu mulut ketika pertahanan mereka keropos. Ini adalah problem sejak lama yang dialami Wenger cs dan sepertinya belum juga dibenahi.
Saya juga kehilangan 'tick-tock' passsing yang biasanya diperagakan Arsenal. Bagi saya, ini sangat menghibur. Entah ini merupakan bagian dari taktik belajar dari pengalaman hampa gelarnya atau para pemain tak lagi mampu melakukannya. Operan satu-dua jarang terlihat dan bahkan sepertinya mereka lebih senang lari sendiri. Tidak tahukah mereka ada 10 pemain lagi mendukung dari belakang?
Satu lagi masalah tim ini adalah 'fair-play.' Menilik hasil dari tiga pertandingan pekan awal, Arsenal mencetak 'hattrick' kartu merah di setiap pertandingannya. Ini merupakan rekor, namun bukan hal yang patut dipertahankan. Sebelas pemain saja masih belum seimbang, apalagi jika ditinggal satu pemain? Padahal setahu saya dulu Wenger mati-matian membela fair-play, tetapi mengapa berakhir seperti ini?
Tentu para fan Arsenal, termasuk saya, menginginkan untuk melihat tim kesayangannya kembali ke performa terbaik, kembali ke jalur juara. Seandainya saja masalah-masalah di atas dapat segera teratasi, semoga saja semua bisa beres. Mungkin hanya satu kata terakhir yang bisa saya sampaikan: berjuanglah!
Komentar
Posting Komentar