Kisah Seorang Teman Lama
Sepulang sekolah, kira-kira pukul 5 sore kurang, saya sedang menunggu bus untuk bisa pulang sampai ke rumah. Tiba-tiba saya melihat ada sebuah mobil kuning yang hendak melintas. Rasanya saya kenal mobil jip Land Rover tersebut. Benar saja, di dalamnya sudah tersenyum pemilik mobil tersebut. Dia tak dan tak bukan adalah seorang sahabat lama sejak saya SD, Zulfikar, alias Ardi, a.k.a. Ijul. Maka diajaklah saya untuk naik ke mobil tersebut dan ia hendak mengantar saya pulang.
Sekedar tahu, semenjak TK saya telah berteman baik dengannya. Semua berawal dari hubungan mama saya dengan mamanya dia dalam sebuah arisan TK. Hal ini berlanjut hingga tingkat SD, dimana bersama, kami berlatih karate dimulai sejak sabuk putih, dan terus bersama hingga akhirnya kami mendapatkan sabuk hitam. Kami bahkan sampai berlatih privat di rumahnya untuk kami mendapatkan hasil terbaik. Kami bersama-sama telah melewati bermacam pertandingan. Masih lanjut hingga tingkat SMP. Walaupun sudah disibukkan dengan urusan masing-masing, tetap saja terkadang kami suka ada saja acara bersama.
Sebelas tahun berlalu, akhirnya kami berpisah ke lain jalan. Ia tidak memilih untuk kembali masuk melanjut ke SMA Bina Insani sedangkan saya masih. Tidak masalah. Hidup ini penuh pilihan, tinggal bagaimana kita menghadapinya. Beberapa kali kami masih suka melakukan kontak. Hanya saja bukan untuk keperluan khusus kami kembali bersama. Tadinya saya berharap untuk dapat bertemu dengannya di acara bukber SMP BI angkatan 15, namun ia tidak dapat hadir karena ada urusan yang lain.
Pada akhirnya kami kembali bertemu di hari ini. Tentu saja banyak yang ingin kami bicarakan karena kami sudah lama tak jumpa. Tentu diawali dengan "Abis dari mana lu?" Tidak mungkin dia lewat tanpa ada maksud. ternyata ia baru selesai les. Dia juga balik bertanya "Kok baru pulang, Rick?" Bingung melihat saya yang pulang begitu sore di bulan puasa yag seharusnya tidak begitu. Saya menjelaskan bahwa SMA Bina Insani mengadakan lomba-lomba pada saat bulan Ramadan ini, salah satunya lomba nasyid yang tentunya membuat kami harus latihan yang serius untuk mencapai hasil terbaik. Apalagi gengsi kami sebagai kelas 12, kakak kelas yang harus menunjukan bahwa kami lebih baik dari yang lain. Tertawa ia mendengarnya. Masih banyak lagi kami tukar cerita dan itu sangat menyenangkan. Hubungan erat sahabat takkan pernah terlepas walau terpisah oleh waktu. Hanya butuh sedikit penyesuaian dan akan klop lagi :)
Sekedar tahu, semenjak TK saya telah berteman baik dengannya. Semua berawal dari hubungan mama saya dengan mamanya dia dalam sebuah arisan TK. Hal ini berlanjut hingga tingkat SD, dimana bersama, kami berlatih karate dimulai sejak sabuk putih, dan terus bersama hingga akhirnya kami mendapatkan sabuk hitam. Kami bahkan sampai berlatih privat di rumahnya untuk kami mendapatkan hasil terbaik. Kami bersama-sama telah melewati bermacam pertandingan. Masih lanjut hingga tingkat SMP. Walaupun sudah disibukkan dengan urusan masing-masing, tetap saja terkadang kami suka ada saja acara bersama.
Sebelas tahun berlalu, akhirnya kami berpisah ke lain jalan. Ia tidak memilih untuk kembali masuk melanjut ke SMA Bina Insani sedangkan saya masih. Tidak masalah. Hidup ini penuh pilihan, tinggal bagaimana kita menghadapinya. Beberapa kali kami masih suka melakukan kontak. Hanya saja bukan untuk keperluan khusus kami kembali bersama. Tadinya saya berharap untuk dapat bertemu dengannya di acara bukber SMP BI angkatan 15, namun ia tidak dapat hadir karena ada urusan yang lain.
Pada akhirnya kami kembali bertemu di hari ini. Tentu saja banyak yang ingin kami bicarakan karena kami sudah lama tak jumpa. Tentu diawali dengan "Abis dari mana lu?" Tidak mungkin dia lewat tanpa ada maksud. ternyata ia baru selesai les. Dia juga balik bertanya "Kok baru pulang, Rick?" Bingung melihat saya yang pulang begitu sore di bulan puasa yag seharusnya tidak begitu. Saya menjelaskan bahwa SMA Bina Insani mengadakan lomba-lomba pada saat bulan Ramadan ini, salah satunya lomba nasyid yang tentunya membuat kami harus latihan yang serius untuk mencapai hasil terbaik. Apalagi gengsi kami sebagai kelas 12, kakak kelas yang harus menunjukan bahwa kami lebih baik dari yang lain. Tertawa ia mendengarnya. Masih banyak lagi kami tukar cerita dan itu sangat menyenangkan. Hubungan erat sahabat takkan pernah terlepas walau terpisah oleh waktu. Hanya butuh sedikit penyesuaian dan akan klop lagi :)
Komentar
Posting Komentar