Happy Birthday Octa!
"Nanti malem bisa ga dateng ke pesta ulang tahun gw?" tanya Octa. "Acaranya di Larissa, jam 7."
Begitu kira-kira undangan makan bersama dari teman saya. Berbagi rezeki di umur yang baru. Bicara rezeki, yang saya tahu rezeki tak boleh ditolak. Oleh karenanya, sayapun hadir di acara tersebut.
Tamu undangan cukup banyak, mayoritas teman-teman saya juga. Sudah tersedia pula makanan yang boleh dibilang cukup melimpah ruah, dimulai dari ayam, ikan, sup, hingga sayuran lengkap dengan minumnya. Tak perlu pikir panjang, langsung kami santap. Perlu saya akui, enak. Apalagi traktiran. Semuanya menikmati malam itu diiringi lantunan lagu penyanyi sewaan.
Seusai makan, kami chit chat. Ada yang di dalam, ada yang di luar. Saya termasuk yang kedua. Ada tempat mainan yang mengingatkan saya akan masa kecil saya. Ayunan. Berdua Haidy, teman saya yang lain, kami berbagi cerita.
Sekedar tahu, kami berdua merupakan karateka. Jadi, itu topik awal yang ia lemparkan. Saya sudah lama vakum dari dunia karate. Sibuk. Diapun sama. Tak bisa bohong bahwa kehidupan SMA yang membuat kami begitu. Namun, dia menyayangkan satu hal: ia gagal menembus tim karate untuk pon. Pengalaman pribadi saja. Bagi saya, itu mengagumkan melihat ia baru gagal di akhir. Nice to know.
Tak lupa, kami membuat dokumentasi agar acara ini abadi, dalam arti akan selalu terkenang dan tersimpan dalam foto. Thanks, Octa.
Begitu kira-kira undangan makan bersama dari teman saya. Berbagi rezeki di umur yang baru. Bicara rezeki, yang saya tahu rezeki tak boleh ditolak. Oleh karenanya, sayapun hadir di acara tersebut.
Tamu undangan cukup banyak, mayoritas teman-teman saya juga. Sudah tersedia pula makanan yang boleh dibilang cukup melimpah ruah, dimulai dari ayam, ikan, sup, hingga sayuran lengkap dengan minumnya. Tak perlu pikir panjang, langsung kami santap. Perlu saya akui, enak. Apalagi traktiran. Semuanya menikmati malam itu diiringi lantunan lagu penyanyi sewaan.
Seusai makan, kami chit chat. Ada yang di dalam, ada yang di luar. Saya termasuk yang kedua. Ada tempat mainan yang mengingatkan saya akan masa kecil saya. Ayunan. Berdua Haidy, teman saya yang lain, kami berbagi cerita.
Sekedar tahu, kami berdua merupakan karateka. Jadi, itu topik awal yang ia lemparkan. Saya sudah lama vakum dari dunia karate. Sibuk. Diapun sama. Tak bisa bohong bahwa kehidupan SMA yang membuat kami begitu. Namun, dia menyayangkan satu hal: ia gagal menembus tim karate untuk pon. Pengalaman pribadi saja. Bagi saya, itu mengagumkan melihat ia baru gagal di akhir. Nice to know.
Tak lupa, kami membuat dokumentasi agar acara ini abadi, dalam arti akan selalu terkenang dan tersimpan dalam foto. Thanks, Octa.
Komentar
Posting Komentar