Pencabutan Nyawa, Sedikit
Bukan pencabutan nyawa juga sih, lebay haha. Tapi kegiatan yang satu ini memang agak mencabut sebagian jiwa. Dia tak lain dan tak bukan adalah... cabut gigi bungsu! Bagi yang beruntung, memang gigi bungsu mereka tumbuhnya rasional, yaitu layaknya gigi yang lain, tumbuh ke atas. Namun, dunia ini tidak seru apabila tidak ada hal irasional. Beberapa gigi ada yang tumbuh secara tertidur! Ini gigi males kali ya, sukanya tidur aja. Model gigi yang seperti ini nih yang nyusahin. Makanya, jangan males, ntar nyusahin.
Normalnya, rata-rata manusia memiliki 4 gigi bungsu. Kalo beruntung, tidak semua gigi harus dicabut, misal hanya dua gigi yang tidur sedangkan yang lainnya normal. Namun, kembali lagi saya ketiban hal irasional, keempatnya harus dicabut -_____-. Nasib lah. Sebab, jika didiamkan, bisa membawa masalah. Karena dia terus tumbuh, maka dia akan mendesak gigi normal sehingga akan terasa ngilu. Maka mau tidak mau harus dioperasi deh.
Kemarin, saya menjadi salah satu pasien cabut gigi bungsu ini. Operasi dimulai. Saya disuntik obat bius untuk membuat gigi, lidah, dan bibir menjadi kebal. Kemudian muka saya ditutup, hanya bagian mulut saja yang terbuka. Mungkin agak horror juga kali ya kalo dibiarkan tetap terbuka, alat kedokteran lagi: bor, gergaji mini, penyedot ludah, dan kawan-kawannya yang biasa mengeluarkan bunyi pemekak telinga. Mulailah saya 'dikerjain' dokter. Gusi disayat, gigi dipecahkan, dan sedikit demi sedikit dicabut. Tidak sakit sama sekali, kan sudah dibius. Cuman, terasa aja di-'kutak-katik'-nya, dan itu boleh dibilang cukup menyebalkan juga. For my own goods lah.
Maka selesailah nightmare jilid 1. Loh? Yap, perjuangan belum selesai sampai di sini. Masih ada sisi lain untuk dicabut. Tidaaak! Efek samping pun masih belum terasa, obat biusnya masih beerja. Asal boleh tau, kan setelah operasi disuruh gigit kapas. Ketika kapas dilepas, darah memenuhinya. Lalu apa efeknya? Nanti, keesokan harinya.
Dokter telah memberi obat: pereda nyeri, pereda bengkak; boleh jujur pipi saya jadi tembem soalnya. Benar saja, sakit luar biasa, sangat sangat sakit. Amat. Sangat. Ngilu. Cenat-cenut. Kumur air garam. Tidak terlalu berkurang. Kompres air hangat. Setelah berkali-kali, barulah gelombang sakit mereda. Perjuangan. Again, for my own goods.
Nah, seminggu tuh kata dokter suruh kontrol lagi, balik ke dia, cabut benang. Memang nih, setelah mengalami beberapa hari 'penyiksaan', jaitan sudah mulai terasa menyebalkan; klewer-klewer di belakang. Maka dicabutlah, ckrik ckrik gunting, beres. Berhubung masih agak sakit, dikasih obat lagi. Kapan jilid dua? As soon as possible -____-
Komentar
Posting Komentar