Selamat Pagi
Dia berdiri di seberang jalan, berdiam diri diguyur hujan, menunggu kendaraan umum datang. Sementara aku memandanginya dari seberang yang lain, dilindungi payung merah. Hujan memang turun cukup deras kala itu, dan aku tak memberi pinjaman payung padanya. Aku memang tak mungkin meminjamkannya, karena nanti saya akan tertimpa hujan pula seperti dia. Namun tampaknya aku juga agak tega tak memayungkan dia. Aku jadi tak tahu siapa yang salah; dia yang lupa membawa ataukah aku yang tega. Apalagi ketika kami berjalan ke depan aku juga tidak memayungi dia walaupun kami berjalan bersama. Aku di depan dan dia di belakang. Aku coba ajak, namun tidak ditanggapinya. Suasana hati kami memang tampaknya kurang bagus; kami berpuasa. Emosi memang suka tak terkontrol tatkala diharuskan untuk menahan diri. Setiap hal akan ada konsekuensinya. Dia tak acuhkan aku hari ini, dan aku pun tidak mengacuhkannya. Dia bahkan mendekat pada yang lain. Aku iri; dengki. Mungkin aku ingin jadi perhatian utama dia, dan selalu dielu-elukan oleh dia. Hasrat dalam diriku ingin dipuaskan oleh perhatian dari dia. Biarlah aku mulai hari ini dengan mengucapkan "Selamat pagi!"
Komentar
Posting Komentar