Nasiku (bukan) Kebutuhanku
Makanan Indonesia sangatlah beragam. Dari Sabang sampai Merauke, tersedia beraneka ragam makanan khas masing-masing daerah yang siap menggoyang lidah kita. Makanan manis, asam, ataupun asin tidak menyurutkan minat para pencinta kuliner untuk mencicipinya satu per satu. Namun, ada yang dirasa kurang ketika bermacam-macam lauk itu tidak diiring dengan konsumsi utama masyarakat Indonesia, yaitu nasi.
Beberapa orang Indonesia menjadikan nasi sebagai makanan yang tidak dapat dilewatkan. Bahkan, mereka beranggapan bahwa tidak makan nasi sama dengan tidak makan sama sekali. Kebiasaan ini mencakup hampir sebagian besar kalangan masyarakat baik yang bekerja sebagai pegawai kantor, nelayan, maupun bussiness man. Namun, tahukah Anda bahwa karbohidrat yang terdapat dalam nasi merupakan karbohidrat yang paling jahat jika dibandingkan dengan sumber karbohidrat lain seperti sagu, kentang ataupun singkong? Kadar glukosa yang terkandung pun dikategorikan cukup banyak sehingga terlalu banyak mengonsumsi nasi dapat menjadi salah satu pemicu diabetes.
Kebiasaan makan nasi bagi orang Indonesia adalah akibat dari
pola pikir yang ditanamkan oleh orangtua mereka sedari kecil. Anak-anak diasupi nasi
setiap hari sehingga yang mereka tahu adalah jika tidak memakan nasi maka sama
saja tidak makan sama sekali. Padahal banyak makanan kaya karbohidrat lain
ditawarkan sebagai pemenuh kebutuhan energi tubuh yang ternyata memiliki kadar
glukosa lebih sedikit dari nasi sehingga lebih aman untuk dikonsumsi. Kebiasaan
merupakan hal yang paling sulit diubah. Namun jika diperkenalkan variasi
makanan sedari kecil, orang Indonesia akan menjadi terbiasa untuk memakan
sumber karbohidrat yang bukan nasi.
Dampak yang dihasilkan akan sangat signifikan karena
walaupun Indonesia sempat menjadi pengekspor beras terbesar di Asia Tenggara, akhir-akhir
ini Indonesia leibh banyak mengimpor dari tetangga. Tentu saja dengan
keberlimpahan bahan pakan seperti sagu, singkong, dan kentang di Indonesia, seharusnya pasokan karbohidrat akan selalu terpenuhi. Kebiasaan mengonsumsi nasi secara perlahan harus dicoba untuk dikurangi agar kebutuhan pangan warga Indonesia tidak menjadi krisis ketika stok beras negara menipis.
Komentar
Posting Komentar