Kehidupan Deadliner

Deadliner merupakan  sebuah istiiah untuk menunjukan orang yang kerjaannya ddiselesaikan berdekatan dengan batasa akhir pengerjaan tugas tersebut *Rick's abstract definition*. Kalau misalnya tugas diberi pada hari Senin dan dikumpulkan hari Minggu, maka para deadliner akan mengerjakannya mendekati hari Minggu (mungkin Jum'at atau bahkan Sabtu malam). Tentu saja keuntungannya adalah waktu yang seharusnya dapat digunakan untuk mengerjakan tugas tersebut bisa digunakan untuk melakukan kegiatan lain. Lalu setelah hampir dekat dengan batas pengumpulan, baru semua perkejaan diselesaikan. Sayangnya tak jarang kompensasinya adalah hasil yang tidak memuaskan, tentu karena persiapan yang tidak matang.

Sejujurnya  deadliner perlu memiliki mental yang kuat karena dia harus mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menyelesaikan tugas dalam waktu yang relatif pendek. Lucunya, beberapa orang *dari pengalaman* malah senang dengan sifat ini. Alasannya beragam, seperti membuat lebih fokus, atau merasa tertantang dengan waktu. Hanya saja sebenarnya gue bukan *walaupun masih sering* tipe deadliner. Gue suka keteraturan, hal-hal yang jelas  dan *sebenernya* menginginkan untuk mencicil dalam mengerjakan tugas. Gue merasa terbebani jika dikejar waktu.

Memang tekadang situasi yang memaksa kita menjadi deadliner walau mungkin kita tak ingin. Namun, gue rasa sesibuk apapun kita, perlu ada konsistensi dan komitmen untuk mencicil pengerjaan suatu tugas, dibandingkan dengan mengerjakan di dekat batas deadline. Akan terasa jauh lebih enak karena kita masih memiliki cukup waktu untuk mengkaji hasil tugas jika mungkin masih ada kesalahan ataupun pengembangan. Andaikata tetap tidak bisa, cobalah hidup menjadi deadliner, kita liha seberapa lama lu bisa bertahan *haha*.

P.S.  Kayak  gue yang nulis udah lewat deadline karena udah lewat hari harusnya kemarin nulisnya *now is 12.54 AM*.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Pustaka Mudah dengan Mendeley

Daftar Isi Otomatis dari Microsoft Word

Target 2015