Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2010

Killing Time

Pagi-pagi, saya bangun siang (bukan pagi lagi dong?). Puasa begini memang enaknya bangun siang, terutama pada hari libur. Jadi, ketika bangun, tidak terasa sudah setengah hari terlewati. Hmm.. Siangnya, bersama papa membetulkan roda pagar rumah saya yang rusak. Rodanya sudah dibeli, tinggal dipasang. Hasilnya? RODANYA KEGEDEAN!!! Waduh.. Gawat itu.. Rodanya tidak mungkin ditukar. Terpaksa dipaksa walaupun agak sedikit memaksa. Cukup rumit, dan cukup menguras energi terlebih di tengah sinar terik matahari. Setelah roda depan terpasang, hasilnya oke. Namun, imbasnya adalah roda belakang menjadi gantung alias ngambang. Tetapi, pagarnya menjadi lancar untuk dibuka-tutup, tidak seperti sebelumnya yang harus bersusah payah terlebih dahulu. Oke, selanjutnya roda belakang. Lebih sulit dari perkiraan dikarenakan sudutnya sangat sempit sampai sempat menyebabkan saya kram. Namun, jerih payah kami terbayar. Lancar, dan sangat enak. Bahkan dengan sekali dorongan, pintu pagarnya sudah dapa tertutup.

Pengalaman Berharga

Sepulang sekolah, saya beserta rekan OSIS berniat untuk membereskan ruang OSIS. Namun, sebelum membereskan, beberapa dari kami ada yang harus berlatih nasyid terlebih dahulu sehingga mereka-mereka yang tidak latihan diharuskan untuk menunggu. Sempat terlintas dipikiran saya untuk bergegas pulang namun pada akhirnya tidak jadi saya lakukan karena masih ada Dias dan Ody di sekolah. Setelah menunggu cukup lama, kami pun mulai membereskan ruang OSIS. Barang-barang di dalamnya di keluarkan, disapu, dan dirapikan. Tugas selanjutnya adalah membereskan baju-baju bekas, memisahkan yang layak pakai atau tidak. Cukup lama kami membereskan, terkadang diselingi canda tawa, dan akhirnya pekerjaan berat itu pun selesai. Seharusnya kami bisa langsung pulang. Namun, berhubung hujan turun dengan derasnya, maka kami memutuskan untuk tetap tinggal. Saya bersama Ody, dan Dias, serta Firda, seorang teman perempuan saya yang lain yang meminta saya pulang bersama dengannya dikarenakan memang satu arah dengan

Orang Kurang Kerjaan

Berhubung saya sedang pengangguran tingkat tinggi, alias tidak ada kerjaan, maka saya memutuskan untuk jalan-jalan ke Botani Square. Kebetulan, Ody juga mengajak saya untuk menonton film The Last Airbender bersama temannya yang perempuan. Namun, sepertinya saya kurang begitu interest dengan film tersebut. Saya pun mengajak Ody untuk menonton film yang lain. Namun, berhubung dia dibayarin , jadi tidak ada alasan untuk tidak menonton film tersebut. Ody terus memaksa saya untuk menemaninya. Namun, saya teguh pada pendirian untuk tidak menonton film tersebut. Lalu, dia beralasan bahwa kursinya sudah dipesan (entah itu alasan nyata, atau dibuat-buat namun memang pada kenyataannya kursinya sudah mereka beli). Saya pun jatuh ke dalam sebuah dilema antara merasa sayang apabila kursi tersebut harus hilang dengan percuma, ataukah tetap bersikukuh untuk tidak menonton film tersebut. Pada akhirnya saya mengusulkan kepadanya untuk mencari orang lain saja yang mungkin juga pengangguran seperti saya

Hari yang Indah

LIBUR!!! Setidaknya itulah yang terlintas di otak saya pada pagi ini. Ya, untuk menyambut kedatangan bulan puasa, maka SMA Bina Insani meliburkan siswanya guna mempersiapkan diri. Seetidaknya bisa bangun siang. Asik! Rencana hari ini? Nothing. Bangun siang, dan pengangguran is the best thing to do. Kebetulan, mama juga akan pergi makan bersama temannya. Jadi, saya sendiri di rumah. Nah, mama menyuruh saya facial , dan itu merupakan salah satu hal yang paling menyakitkan yang pernah saya alami. Tiba-tiba, saya mendengar kabar gembira bahwa tempat facial saya (yang ditangani T. Uwid) sedang penuh. Yes! Itu berarti saya tidak harus bersakit-sakit ria. Ya sudah, mama pun pergi, saya pun di rumah. Tak lama setelah mama pergi, tiba-tiba HP saya bergetar. SMS masuk. Siapakah gerangan? Ternyata T. Uwid yang menuliskan pesan bahwa tempatnya sekarang lagi kosong. TIDAAAK! Itu berarti saya tetap harus di facial! Terpaksa dengan berat hati saya pergi ke tempat tersebut... Penyiksaan dimulai. Sete

Menembus Badai

Hari ini, masuk sekolah (ya iya lah..). Pagi-pagi sudah sampai dikarenakan hari ini murid-murid SMA Bina Insani harus menghadiri bimbingan Alquran yang dimulai pada pukul 06.45. Di sini, kami harus membaca beberapa ayat-ayat Alquran dan juga menghafalkannya. Sulit, memang. Tetapi, nothing is impossible. Setelah itu, kami sholat dhuha ditambah dengan musafa'ah atau bermaaf-maafan menjelang bulan puasa walaupun sepertinya hal tersebut tidak berjalan dengan baik dikarenakan hanya perempuan-perempuan saja yang bermaaf-maafan sementara murid laki-laki seudah keluar lebih awal. Belajar, belajar, belajar. Biologi memang tidak ada gurunya namun kami mendapat tugas yang boleh dikatakan cukup banyak. Beruntung beberapa dari soal tersebut ada kunci jawabannya sehingga pekerjaan kami sedikit teringankan. Sekali-sekali mah tidak apa-apa. Hahaha.. Setelah itu, Bahasa Inggris. Berhubung hari Senin yang lalu saya sudah maju ke depan untuk berdialog dengan teman saya yang bernama Nino, maka hari

Tak Selamanya Hidup itu Indah

"Saya telah bekerja sebagai satpam sejak 2004. Saya bekerja bukan karena menggemari profesi tersebut, melainkan sebagai tuntutan untuk mencari nafkah. Ironisnya, pendapatan ini masih jauh dari cukup. Banyak kasus yang telah saya tangani, seperti kasus pencurian, dan kecelakaan lalu lintas. Walaupun begitu, saya kurang menikmati profesinya ini. Namun, saya tetap disiplin baik dalam kerja, maupun waktu. Saya telah menempuh pendidikan, pelatihan, dan juga sertifikat untuk menjadi seorang satpam. Namun, tidak semua pekerjaan itu bahagia, seperti ketika saya dimarahi koordinator, dan juga manajer perusahaan. Hal-hal tersebut bagi saya terasa pahit. Tetapi, bukan hal itu yang saya fokuskan, melainkan saya memberi pesan bahwa seharusnya kesejahteraan satpam ditingkatkan setinggi-tingginya, karena profesi ini memiliki tanggung jawab yang sangat besar." Begitulah curahan hati seorang satpam yang saya temui. Sedih saya saya mendengarnya, karena saya tidak dapat betapa beratnya menjalan