A Journey to a Rich Sea Island

Bangka, bukan Bangkok. Keluarga besar mama saya berlibur ke tempat ini. Bukan tempat yang biasa dikunjungi, baik secara pribadi, maupun umum. Konon katanya tempat ini terkenal akan pantai-pantainya yang cantik nan indah. Berangkatlah kami pada tanggal 30 Juni. Rencananya kami pulang pada tanggal 5 Juli. Waktu yang cukup lama untuk menghabiskan liburan.

Kami menumpang DAMRI hingga bandara terminal 1 c karena kami akan mengudara dengan Batavia Air. Petaka datang ketika kami harus menunggu lebih 1 jam dikarenakan pesawatnya delay, atau terlambat datang. Tak masalah, itu hal yang sudah umum terjadi walaupun sebenarnya itu tidak menyenangkan. Terbanglah kami dari Bandara Soetta hingga ke Bandara Depati Amir di Pangkal Pinang, Bangka. Ini merupakan kali pertama saya menginjakkan kaki di Depati Amir, juga Pulau Bangka. HALO BANGKA! Be happy to see me.

Sesampainya, kami dijemput om Aston. Bukan nama orang, melainkan nama hotel tempat kami menginap. Tidak jauh dari bandara sehingga tidak letih di jalan. Hal pertama kami lakukan adalah menyantap makan siang. Maklum, lapar telah melanda sejak tadi dan juga telah tiba waktu makan siang. Sop buntut sebagai menu saya, dan itu sangat lezat.

Belum terpikir rencana untuk bepergian ke suatu tempat di Bangka. Oleh karena itu, kami hanya bersantai di kamar sembari mengumpulkan tenaga setelah capek melakukan penerbangan. Nonton cara pembuatan Jack Daniel's. Minuman tersebut merupakan salah satu minuman keras yang terkenal. Sesuai, pembuatannya sangatlah rumit dan membutuhkan ketelitian pasti.

Iseng-iseng saya memutuskan untuk jogging sore-sore. Trek larinya sudah tersedia yang itu merupakan fasilitas hotel. Mencoba satu keliling, ternyata jalurnya cukup panjang. Itu justru menambah semangat untuk mencapai finis. Setelah dirasa cukup, kembali ke kamar dan mandi.

Makan malam di luar, dengan menu makannya adalah yang merupakan spesialis pulau ini, yaitu seafood. Tentu dikarenakan pulau ini dikelilingi pantai menyebabkan makanan lautnya akan sangat nikmat. Puas, kenyang, pulang.

Hari-hari berikutnya tidak jauh berbeda. Hanya keliling-keliling seputar pantai, makan seafood, dan belanja. Setiap harinya terasa begitu berbeda walaupun hanya itu-itu saja yang kami lakukan. Mungkin karena suasana yang berbeda disertai waktu liburan, sehingga terasa sangat menyenangkan.

Rutinitas jogging tetap dilakukan. Hal itu untuk mempertahankan tubuh ini dari banyaknya jumlah makanan yang masuk ke dalam tubuh. Perlu adanya keseimbangan antara yang keluar dengan yang masuk walaupun sebenarnya tetap saja lebih banyak yang masuk.

Kami pergi ke Mesjid Agung ketika Jumat tiba. Namanya agung, tentu sangat besar. Takjub melihat kemewahan didalamnya. Tetap, yang terpenting adalah ibadahnya.

Saya salut, kagum, dan tercengang melihat pantainya yang begitu bersih, dan bening. Sangat berbeda dengan yang di Bali. Bukan bermaksud membandingkan atau menjelaekkan, melainkan mmamng begitu adanya. Selagi ada, nikmati saja.

Pernah suatu saat kami berjalan dan melewati kuburan orang Cina. Sangat banyak dan di tempat yang sangat luas. Terlihat rapi dan menenangkan. Begitu niatnya dibuat seperti itu. Salut.

Sehari sebelum kami pulang, kami ke lain pantai. Hari terakhir menandakan bahwa itu merupakan hari yang harus dipuas-puaskan. Pantai, pergi mencari kerang. Koleksi memang terkadang menyenangkan. Main air pantai juga menyenangkan, melawan arus, tenggelam dibawanya, dan juga hanya ciprat-cipratan. Puncaknya adalah ketika kami bermain banana boat. Bukan kali pertama, namun tetap akan terasa menyenangkan. Lucu mengetahui bahwa 'pisang' kami telah terbalik bahkan sebelum kami berangkat. Berangkatlah kami ke tengah laut. Bukan saat yang tepat dikarenakan waktu sudah agak sore. Bukannya takut apa, melainkan ombak sudah mulai kencang, dan air sudah mulai pasang. Hal itu menambah keseruan di dalam 'perjalanan' kami karena di dalamnya telah disisipkan beberapa guncangan berlebih. Tiba-tiba, *BUSH*. Saya terlempar dari banana boat dan tidak ada yang mengetahui selain awak kapal depan. Hampir saja saya menjadi orang ilang terapung. Ketika saya diangkat, *BUSH*. Ketidakseimbangan membuat kapal terbalik untuk kedua kalinya. Oh tidak. Itu seperti ekstra bagi kami. Setelah diangkat, kami dibawa kembali ke tepi. Sebelum sampai, kembali kami ditegulingkan. Aduh. Jika dihitung, maka saya telah terjatuh sebanyak 4 kali. Seru!

Tiba saatnya kami pulang di keesokan harinya. Ah, sangat menyenangkan jika dipikirkan kembali hal-hal yang telah kami lakukan. Kenangan sudah cukup banyak kami dapat. Bye Bangka, see you next time.

Komentar

  1. pemilihan kata "petaka" nya menakutkan sekali, mungkin lebih kena kalau pakai "ketidak nyamanan" :) keep posting my boy

    BalasHapus
  2. haha boleh dong biar kesannya gimanaaa gitu

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Isi Otomatis dari Microsoft Word

3rd Accident

Daftar Pustaka Mudah dengan Mendeley