A Day Called Sunday

Masih di Apartemen Bellagio, apartemen bos papa saya, terdapat sebuah TV Plasma berparabola dilengkapi sofa didepannya. Saya merasa sangat dimanjakan oleh keadaan tersebut. Apa yang terjadi? Sayapun bertahan untuk selonjoran di depan TV 4 jam penuh! Dan, pada jam tersebut, ada film kartun berjudul "Ben 10", yang sudah besar. Saya menonton acara tersebut. Tidak disangka, film tersebut diputar selama 4 jam! Memang saya sempat tertidur (rasanya sih sebentar), tetapi tetap saja saya geletakan di atas sofa tersebut. Nikmatnya liburan, bisa selonjoran terus. Haha..

Namun, masalah utama tetap satu, RASA LAPAR. Sayang, mama papa saya masih terlelap sehingga perut saya harus tetap menunggu. Ketika mereka terbangun, papa saya mengajak kami ke mal Ambassador. Berhubung kami sudah sangat lapar, kamipun memutuskan untuk memanggil taksi walaupun jaraknya tidak begitu jauh, tetapi tidak dekat juga. Daripada pingsan di tengah jalan, mendingan naik taksi. Seperti yang telah disebutkan di atas, jaraknya tidak terlalu jauh, sehingga argometer-nya taksi tidak berubah dan tetap menunjukan harga Rp 6000. Haha

Sesampainya disana, kami langsung bergegas ke foodcourtnya. Ada satu makanan Manado dan kalau ke Ambassador, biasanya saya makan disana. Setelah sekian lama akhirnya kami memakan yang namanya nasi. Hmm.. Nikmatnya..

Setelah kenyang, mama saya ingin belanja daster. Saya ikut dengannya dan papa saya menuju Carrefour. Tak lama berbelanja, giliran saya yang ingin berbelanja. Bukan daster, melainkan accessoris bola. Setelah ditelusuri, sampailah kami di suatu toko bola. Wuih.. Bener-bener itu banyak banget variasinya. Dari sweater, jaket, baju bola, bolanya, kupluk, syal, bahkan sampai gantungan kunci, mousepad, hingga asbak bertemakan sepak bola dijual disana. Sayapun merasa sangat termanjakan. Berhubung saya merupakan salah satu penggemar Arsenal, dan saya juga suka bergaya menggunakan jaket, saya langsung mencari jaket Arsenal. Tetapi, hati saya luluh pada satu sweater. Sayapun membdli sweater tersebut. Simpel memang, hanya warna merah, tulisan Arsenal, logo Arsenal, dan logo Nike. Walau begitu tetap saja saya merasa keren melihatnya. Ketika ingin membayar, saya dibuat tertarik lagi oleh gantungan kunci dan gantungan hp. Waduh, sayapun tak tahan untuk membeli gantungan kunci Arsenal bernomor punggung 23. Siapakah dia? Dia adalah Arshavin, salah satu favorit saya..

Puas berbelanja, kami menyusul papa menuju Carrefour. Saya membeli 3 buah pulpen karena begitu seringnya bolpen saya hilang di sekolah. Setelah itu kami kembali ke apartemen. Beres-beres, kamipun meninggalkan apartemen tersebut dengan perasaan sedih karena tidak bisa nonton TV 4 jam lagi di atas sofa. Hiks..

Berhubung waktu sudah menunjukan pukul 7, yang menandakan bahwa tidak ada lagi kerdta ekonomi ac yang menuju Bogor, kamipun pulang tidak dengan kereta. Lalu apa? Kami berhenti di UKI dan menaiki yang namanya "odong-odong". 10 ribu per orang seharusnya kami bersempit-sempitan. Tak ingin seperti itu, kamipun memesan 4 kursi agar lebih lega. Tak apa lah mahal sedikit, yang penting nyaman..

Dulu, kami biasa naik bus jika kami turun di UKI. Berhubung daerah tersebut sudah dilarang, odong-odong ini sangat bermanfaat bagi saya. Walaupun masih menggunakan AC alam, alias hanya buka jendela, yang penting kan cepat sampai rumah. Hahaha

Komentar

  1. Beli sweater kayak daster ato daster kayak sweater ? ha3x

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Isi Otomatis dari Microsoft Word

3rd Accident

Daftar Pustaka Mudah dengan Mendeley