Great Day, Dude !

Woozah! Hari yang sangat menyenangkan. Bagaimana tidak? Dari pagi kerjaannya hanya happy-happy dan tertawa-tawa bersama teman-teman. Diawali dengan niatan saya dan tiga teman saya (Angga, Lukman, Ody) untuk mengekspresikan otak kanan kami, yaitu bermain musik alias main band.

Ok, saya disuruh mereka untuk pergi dan bertemu mereka di Ruko dekat sekolah saya yang dekat dengan studio musiknya. Sesampainya disana, langsung masuk dan mulai persiapan alat-alat musiknya. Saya sebagai penyanyi sekaligus bassist. Walaupun suara saya kurang memuaskan, kami tidak perduli. Yang penting ada yang menyanyi dan bikin heboh lah.. Angga sebagai gitaris, yang sebenarnya merupakan profesi asli saya. Drummer diisi oleh Ody, dan seorang manajer bernama Lukman. Kadang-kadang sih si Maman ikutan nyanyi, namun ada beberapa lagu yang tidak bisa ia nyanyikan, sehingga akhirnya saya yang menyanyi. Rasanya sih selama se-jam kami hanya memainkan satu lagu ciptaan grup music barat, Muse, yang berjudul “Time is Running Out”. Entah kenapa saya dan Ody sedang gemar mendengarkan lagu tersebut. Kamipun berinisiatif untuk merekam dan mempublkasinya di facebook. Cukup menghibur kami, tapi sepertinya belum tentu yang lain.



Capek nge-band, kami tidak dapat beristirahat karena masih harus solat Jumat. Untungnya di dekat studio tadi ada mesjid, sehingga tidak terlalu panik. Setelah itu, kamipun pulang, sementara Ody masih lanjut ke rumah saya. Belum sampai di rumah, saya sudah ditelepon mama saya. Dia berkata bahwa ada beberapa teman saya yang datang ke rumah saya. Waduh.. Benar-benar tak ada konfirmasi. Coba saya lagi keluar, sia-sia deh mereka datang ke rumah saya. Untung saya sudah dekat rumah, sehingga tak lama setelah telepon tersebut kami mulai melanjutkan aksi tertawa bersama kami part II.

Apa yang kami lakukan? Ternyata, mereka, yang bernama Arief, Tio, Tanu dan Wildan, datang ke rumah kami setelah mendengar kabar bahwa di rumah saya ada meja pingpong. Mereka tertarik, dan memutuskan untuk bermain ke rumah saya. Tak jadi masalah, toh kami bermain dengan penuh canda dan tawa. Diawali double Wildan-Tio dan Arief-Tanu. Ternyata tandem Arief-Tanu kalah, sehingga mereka bertukar posisi dengan saya-Ody yang menjadi penonton. Walaupun sengit, kami tetap menunjukan determinasi kami dan keluar sebagai pemenang. Ternyata, double membuat kami frustasi dan kamipun memutuskan untuk mengadakan sebuah kejuaraan yang saya beri nama P no. 1 Cup (Kejuaraan Palayu nomor 1). Berhubung pada pelajaran olahraga kami baru belajar Organisasi Sistem Pertandingan, yang mengajarkan kepada kami bagaimana mengatur jalannya pertandingan, dan juga mengajarkan apa itu sistem gugur tunggal dan sistem gugur ganda, kamipun mengimplementasikannya. Kami menggunakan sistem gugur tunggal. Peserta yang mengalami satu kekalahan harus meninggalkan permainan. Kami melakukan hom-pim-pah untuk menentukan siapa lawan kami. Tanu vs Tio, Ricky vs Ody, sedangkan Arief dan Wildan mendapat keuntungan yaitu ‘bye’, yang membuat mereka bisa langsung ke semifinal tanpa bermain terlebih dahulu.

Let the Cup Begin! Pertandingan pertama dimengkan oleh Tio, yang merupakan juara bertahan Cup pingpong pada pertemuan kami sebelumnya. Pertandingan selanjutnya saya yang menang. Berarti, selanjutnya adalah Arief vs Tio dan Ricky vs Wildan. Tio dan saya masih menunjukan superioritas kami sebagai juara bertahan dan si tuan rumah. Seharusnya, pertandingan yang tersisa hanyalah antara saya dan Tio. Tetapi, berhubung tidak ada yang mau kalah dan ingin bermain terus, sistem gugur tunggal yang kami terapkan sesuai kesepakatan awal berubah menjadi sistem gugur ganda, yang agak berantakan. Yang kalah di pertandingan pertama, diadukan, dan yang kalah ‘bye’ pun diadukan dengan yang kalah ‘bye’. Hasilnya menjadi seperti ini:



Berhubung waktu terus berjalan dan tidak memberi kami kesempatan lagi untuk bermain, kamipun memutuskan hasil seperti ini:
Juara 1: Ricky
Juara 2: Tio
Juara 3: Arief
Juara Harapan 1 : Ody
Juara Harapan 2 : Tanu
Juara Harapan 3 : Wildan
Mengapa sampai perlu ada juara harapan? Padahal kan kami hanya berenam? Justru itu, biar semuanya senang. Dengan begini berarti tidak ada yang kalah kan? Apalagi sampai menjadi juara tidak ada harapan. Haha. Tiba-tiba hujan turun dan memaksa kami untuk membereskan meja pingpong dan masuk kedalam.
Ody berkata bahwa tidak ada yang bisa pulang dari rumah Ricky kurang dari pukul 5 sore, dan itulah yang terjadi. Mereka terlihat belum puas bermain, dan mereka mulai menyentuh alat-alat musik saya. Tio, yang memang mahir bermain gitar, sibuk sendiri sebelum akhirnya yang lain ikut. Tio dan Tanu juga bertanya pada saya bagaimana basicnya drum. Saya memang tidak mahir, namun untuk sidejob bisa lah. Setelah cukup sulit untuk diajarkan, merekapun dapat sedikit menguasai basicnya drum. Ternyata tak mudah untuk mengajar. Puas bermain, merekapun pulang dengan senyuman :).

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Isi Otomatis dari Microsoft Word

3rd Accident

Daftar Pustaka Mudah dengan Mendeley