A DAY TO REMEMBER

Hmm.. Hari ini certificate day di TBI. Kamipun datang ke TBI dan mengambil hasil jerih payah kami selama 6 bulan. Biasanya, saya diantar papa saya ke TBI jika dirinya ada di rumah. Namun, sepertinya ia sedang lelah sehingga menyerahkan kunci motor kepada saya. Hahaha, kesempatan nih.. Berangkat dengan jaket lengkap dengan helm, namun tanpa STNK. Parah.. Parah..

Broom.. Broom.. Broom.. Berangkatlah saya menuju TBI. Ketika sampai, langsung ketemu my teacher, Mr. Gamma, dan saya menagih sertifikat saya. Not bad, tapi standar. Tak apa, yang penting happy. Lalu, kami berencana untuk makan-makan untuk merayakan hasil tes kami. Namun, ketika guru saya membuka dompet, hanya beberapa peser uang recehan. Yaaah… Gak jadi makan-makan dong… Guru saya mengusulkan bahwa apakah kami mau bayar sendiri-sendiri? Tentu kami menjawab dengan serempak, “TIDAK! Hahaha.” Ketika kami sedang sibuk berdebat, datanglah March, seorang teman kami yang belum melaksanakan tes speaking dan listening. Jadi, ia harus tes dahulu. Tertundalah makan-makan kami. Sambil menunggu kami main catur. Cukup sengit, sampai akhirnya saya berhasil melakukan Checkmate pada teman saya. Berhubung March hanya sendiri, sedangkan tes speaking harus berdua, maka pemenang tadi (saya) harus menemaninya tes speaking. Hadiah apa hukuman? Hahaha. Cap.. Cip.. Cup.. Selesai. Kembali ke masalah makan-makan. Berhubung kami ngotot ditraktir dan Mr. Gamma sedang no money, ia mengusulkan untuk diantarkan pergi ke bank dan mengambil sejumlah uang. Not a bad idea. Maka keluarlah kami dari TBI dan bersiap-siap dengan motor kami. Kebetulan, kami pas ber-6 dan ada 3 orang yang mengendarai motor sehingga tak ada yang terlantar. Ketika menyalakan mesin Thunder saya, mati. Nyalain lagi, mati lagi. Nyalain, gak bisa distarter. Kick start, mati lagi. Coba paksa, mati. Panik.. Mungkin karena sudah 3 hari tidak dinyalakan mesinnya menjadi dingin. Gawat, padahal saya harus membonceng Cris. Namun akhirnya nyala dan berjalan menuju Boboho.

Sesampainya disana, saya diprotes Kemal, teman saya yang lain, karena saya mengendarai motor dengan lambat. Padahal saya hanya mengutamakan keamanan, bukan kecepatan. Pesan makanan. 1 Yamin, 2 deh, tiga tiga, samain aja deh semua. “Tak ada yang pake bakso?” Tanya sang pentraktir. Kami hanya menjawab tidak usah, disamain aja. Minum? “Es Jeruk”, jawab saya lantang. “Sama deh, eh jus jeruk aja”, jawab Cris. “Jus Jambu!”, “Es teler”, “Es jeruk kelapa”, jawab yang lain. Tak lama, mas masnya balik lagi dan berkata bahwa mie yaminnya tinggal 2 porsi. Lantas kami secara kompak mengganti dengan mie baso urat satu porsi. Dari tanpa baso, hingga baso lengkap. Aneh, tapi nyata. “Campur ya”, “Mie-nya aja”, “Dua”, “Bihun aja”. Bingung-bingung deh si masnya. Setelah itu, makanan datang. Makan dengan lahap dan tanpa jeda. Mungkin laper, apa doyan? Apa dua-duanya? Apa aja boleh deh..

Habis tak bersisa, kenyang, tinggal minta bill. Gayanya sih layaknya orang kaya, tapi minta traktiran. Maklum, pelajar tak berpenghasilan. Seusai itu, yang 3 dibonceng minta dianter ke arah TBI lagi karena ya harus ke situ lah.. Bareng-bareng ke TBI lagi. Dari sana, si tiga kesatria bermotor berhenti di putaran. Iseng-iseng teman saya penasaran and menyuruh saya masuk gigi lima. Jadi lah.. Namun, susah membalikannya lagi ke gigi satu. Maju-mundur dikit, masuk juga akhirnya. Kami bergaya bak pembalap jalan liar, tetapi tidak dipraktekin. Jalan ke lampu merah, teriak-teriakan konyol. Lampu hijau, kebut. Di indraprasta, March berpisah. Di perempatan Palayu, saya yang memisahkan diri, dan Kemal masih berjalan lurus ke depan. What a day..

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Isi Otomatis dari Microsoft Word

3rd Accident

Daftar Pustaka Mudah dengan Mendeley