Terjun Piknik

Tepat pada pukul 5 pagi, mama telah membangunkan saya dari tidur saya yang nyenyak. Ini bukan hari sekolah namun tetap saya harus bangun pagi dikarenakan kami akan beranjak ke sebuah air terjun. Wow, tentu akan sangat menyenangkan. Kompensasinya adalah kami harus bangun pagi untuk menghindari kemacetan. Makan secukupnya, mandi, dan kakek beserta nenek akhirnya datang. Maka berangkatlah kami. Tidak hanya keluarga saya dan nenek-kakek, melainkan juga keluarganya Alvin dan keluarganya Nata. Kami memang sudah janjian namun keluarga Raka tidak dapat ikut bersenang-senang bersama kami karena Raka terkena virus Salmonella typhi.

Setelah menempuh perjalanan yang memakan waktu cukup lama, sampailah kami di depan pintu gerbang Kebun Raya Cibodas. Kami tidak langsung masuk. Kami masih harus menunggu yang lainnya karena kami datang paling awal. Sembari menunggu, kami bergegas ke toilet dan menghirup udara Puncak. Ternyata tidak bisa dipungkiri bahwa udara daerah Puncak nan sejuk dan segar berbeda dengan yang di Bogor. Meskipun panas, tetap saja tidak menggigit kulit.

Kami (atau mungkin lebih tepatnya saya) pun mulai diserang rasa lapar. Hanya saja laparnya itu lapar nasi, bukan lapar yang lain. Berhubung hanya ada biskuit, terpaksa saya makan setidaknya untuk menahan saya dari amarah dalam diri akibat tidak mendapat asupan makan.

Datanglah keluarga Nata, dan juga keluarga Alvin tak lama setelahnya. Maka, kami pun masuk ke dalam Kebun Raya Cibodas. Setelah mendapat parkir, kami mulai menyiapkan barang-barang yang kami bawa, dan meletakannya di atas tikar (yang tentunya kami pula bawa). Sembari para orangtua menyiapkan makanan, kami yang kecil-kecil (walaupun saya tidak dapat dikategorikan sebagai orang kecil) bermain bola. Setelah semua siap maka kami pun makan dengan lahapnya. Menunya adalah dendeng balado nenek yang terkenal dengan keleyatannya (diantara keluraga Asrul).

Kenyang? Pastinya. Berhubung perut telah terisi, maka berangkatlah kami menuju air terjun dengan berjalan kaki. Saya sempat bingung karena rutenya berbeda dengan yang biasanya kami ke sana. Tetapi, berhubung ada sebuah papan yang menunjukan bahwa ke arah jalan yang sedang kami tempuh merupakan air terjun, maka kami tetap berjalan melalui jalan tersebut. Ternyata, jalan tersebut merupakan alternatif lain untuk menuju air terjun. Sekedar info bahwa jalan yang biasa kami lalui lebih landai, dan tidak terlalu sulit untuk dilalui. Bedanya, jalan yang satunya penuh dengan tangga yang terbilang curam yang tentunya tidak mudah untuk dilalui. Berhubung "we have a strong will," maka kami tetap menempuh demi mencapai air terjun. Usaha kami tidak sia-sia. Kami akhirnya sampai di sebuah tempat dimana air mengalir dengan derasnya dari tempat yang tinggi secara terus-menerus tanpa habisnya. Kami sangat kagum. Kami mulai memasukkan kaki kami ke air yang dirasa cukup dingin, dan juga mencuci muka untuk menyegarkan diri. Kami mulai mendekat ke air terjun dan... Kami KEDINGINAN! Cipratan air dari air yang jatuh dari ketinggian membasahi tubuh kami. Kami menikmati itu, dan kami mulai berfoto-foto. Perjalanan lelah kami serasa hilang begitu saja. Fuah~

Satu tantangan yang belum dapat kami lakukan, yaitu berdiri di bawah air terjun. Sepertinya ketika itu sangat dingin. Perlahan, sinar matahari menyinari daerah tersebut. Kami mengahangatkan diri. Ketika dirasa cukup hangat, saya penasaran untuk hal tadi yang pernah saya coba setahun sebelumnya. Pelan-pelan saya mulai berjalan ke bawah air terjun, dan itu BENAR-BENAR DINGIN!!! Walaupun begitu, tetap saya menyempatkan diri untuk diambil foto. Kenang-kenangan gitu, atas usaha yang sulit. Setelahnya, saya menggigil kedinginan.

Tiba-tiba, segerombolan orang datang untuk berendam di bawah air terjun. Apakah saya sebagai pelopornya? Mungkin, tetapi siapa peduli laah..

Ternyata, Alvin dan Nata penasaran untuk mencoba hal yang baru saja tadi saya lakukan. Setelah menguatkan diri, walaupun masih belum sepenuhnya berani, mereka dengan dampingan saya mulai berjalan secara perlahan. Ketika mereka sampai, sepertinya mereka terlihat sangat puas, karena itu merupakan pengalaman pertama mereka. Walau hanya sebentar, tetapi itu sudah cukup.

Kembali ke base camp sementara di dekat air terjun tadi. Saya menjemur baju saya yang basah terguyur air terjun. "Di sini kalau menjemur baju harus bayar Rp 500 per jam" kata suara seseorang yang mengagetkan saya. Ternyata ia hanya bercanda. Kirain..

Setelah cukup beristirahat disertai teh panas, kami berjalan kembali ke base camp awal. Ternyata perjalanan pulang lebih berat dikarenakan kami harus menanjak menaiki tangga curam tadi. Dikit-dikit istirahat. Letih yang teramat sangat.

Sampai di base camp, tepar. Namun, tak lama mengumpulkan energi, kami kembali bermain bola. Seru memang, tapi letihnya tetap terasa. Maka, kami pun makan siang. Kali ini menunya ayam cabe ijo.

Setelah kenyang, kami tetap bercengkrama bersama. Tidak lupa solat. Dan, saya MANDI dengan air yang you know lah, DINGIN. Brr

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Isi Otomatis dari Microsoft Word

3rd Accident

Daftar Pustaka Mudah dengan Mendeley