Trip to Bandung

Bandung, Ibu Kota Jawa Barat, sebuah kota yang cukup terkenal dan tidak asing di telinga. Maka keluarga besar papa saya pun pergi berlibur ke kota tersebut. Kami berencana untuk menginap selama 3 hari 2 malam. Nenek-kakek bareng T. A cs. Binda dengan keluarganya, sedangkan saya sekeluarga bersama T. Uwid. Belum-belum kami sudah diterpa masalah. Wisma dengan 6 kamarnya hanya bisa diinapi selama 1 hari 1 malam, sedangkan yang kosong adalah wisma dengan hanya 4 kamar. Kami pun memutuskan untuk tetap bertahan di wisma mawar (6 kamar), dan nantinya pindah ke wisma flamboyan (4 kamar). Perjalanan panjang dimulai, kami mengawalinya dengan sarapan di sebuah rest area. Kami bingung hendak makan apa sebab ketika itu waktu masih menunjukan pukul setengah 8 pagi, dan itu masih terlalu dini bagi sebuah restoran untuk beroperasi. Untungnya, ada beberapa pula yang sudah buka, seperti Dunkin Donuts yang akhirnya menjadi pilihan kami. 1 lusin untuk 2 keluarga, kami pun sibuk memilih donat apa yang hendak kami konsumsi. Setelah dipikirkan matang-matang (rasanya tak perlu deh..), maka selusin donat terpilih berpindah ke tangan kami (sedikit lebay). Makannya di perjalanan untuk mengefisiensikan waktu. Canda tawa mengisi waktu perjalanan kami. Permainan kartu, dan tentu saja makan, menjadi yang utama.

Tidak terasa, maka sampailah kami di Bandung. Tujuan awal kami adalah Rumah Sosis, menyusul kakek cs. yang sudah terlebih dahulu tiba di sana. Di rumah sosis kami makan sosis (iya lah). Sosis disantap, dan rasanya mantap. Satu saja sudah cukup untuk menjadi bekal kami melanjutkan perjalanan ke wisma. Sebelum ke wisma, ternyata perut kami meminta lebih. Jadi om Rudi, yang kebetulan tahu Bandung mengajak kami makan mie kocok. Rasanya agak aneh, karena seperti seperti soto mie, tapi kurang gurih dan terlalu banyak togenya. Yang penting kenyang.

Sesampainya di wisma, langsung menurunkan barang, dan TIDURAN! Ya, hal tersebut yang tidak bisa kami lakukan kecuali papa yang tertidur pulas. Namun, memang yang namanya anak kecil tidak bisa berhenti bermain. Ketika saya mencoba tidur, cucu kakek yang lain (yang jumlahnya 7 selain saya) masuk ke kamar saya dan bermain kartu. Karena capek dan males main, saya pun pura-pura tidur sambil berharap bisa tidur beneran. Untung saya adalah kakak tertua, jadi tak ada yang berani ganggu saya. Namun, masalah muncul ketika salah satu dari mereka 'cengeng' karena tak bisa bermain. Dari sana saya semakin tak bisa tidur. Belum lagi bergantian mama saya, tante saya, hingga bundanya datang untuk mendiamkannya. Ya sudahlah, memang belum saatnya tidur. Setidaknya sudah istirahat mata. Kami pun memutuskan untuk bermain bola. Capek, karena ternyata lapangannya cukup luas. Setelah puas, saya belum bisa menarik nafas (istirahat -red) karena diharuskan untuk memindahkan barang-barang ke wisma flamboyan yang ternyata kamarnya luas dan lebih nyaman dari mawar. Tau seperti itu kami akan langsung memilih wisma tersebut. Setelah bebersih diri, saya diajak bermain badminton. Repotnya punya sepupu hiperaktif. Menghindar seperti apapun juga tidak bisa. Terpaksa deh main. Asal-asalan saja yang penting mereka happy. Dinner, lalu main kartu hingga larut malam.

Esoknya, waktu belum genap menunjukan pukul 10 pagi, namun 'sepupu-sepupu hiperaktif' sudah mengajak saya bermain bola. Jiwa saya belum bersatu, dan saya masih malas. Jadi, makan sedikit untuk mengisi perut, baru deh main. Setelahnya, mandi. Rencana selanjutnya masih belum diketahui karena beberapa dari kami masih 'menclak-menclek' apakah ikut pergi atau tidak. Bahkan sampai ada yang jatuh sakit, dan tetap maksa ikut. Kalau saya mah jika sakit pengennya tiduran. Terserah juga sih.. Tujuan pertama, rumah makan yang entah apa. Tadinya mau di Cafe Bali, namun masih libur lebaran. Jadinya kami mencari restoran lain, dan akhirnya kami berlabuh di Rumah Makan Sambel Ijo. Ramai, sampai-sampai kami tidak dapat tempat duduk. Namun, berkat kesabaran kami, kami mendapatkan hasil yang terbaik. Ternyata, ada orang spesial di sana. Dia adalah Markus Horizon, kiper Persib Bandung dan juga PSSI. Tentu saja kami antusias, tetapi pada malu untuk meminta. Pada akhirnya kesampaian juga sih.. Sepupu saya difoto, saya yang memfoto. Tak ada bukti deh saya pernah bertemu dengannya. Biarlah..

Setelah itu kami lanjutkan perjalanan ke Bandung Super Mall. Niatnya hanya jalan-jalan sembari mencuci mata, namun saya tidak tahan untuk tidak membeli jam weker Arsenal serta figuran Fabregas. Maklum, fans berat. Jadi, saya mengeluarkan sejumlah uang THR saya untuk menebusnya.

Sekembalinya kami ke wisma, saya langsung diajak berangkat lagi ke sebuah tempat belanja. Namun, berangkatnya saja sudah lamaaa banget. Pada lelet, walaupun saya tetap sabar menanti. Maka berangkatlah kami ke Borma, sebuah toko yang menjual berbagai macam alat elektronik mulai dari speaker, keyboard, mouse, headset, hingga CD/DVD. Lengkaplah pokoknya, tetapi harga memang tidak bisa bohong. Barang bagus harganya selalu. Jadinya, saya hanya membeli sebuah CD aplikasi, yaitu Band-in-the-Box yang sepertinya menarik.

Setelah itu, kami berangkat ke Cihampelas walaupun kami tahu ketika itu sudah cukup malam dan itu berarti akan banyak toko yang sudah tutup. Namun, demi belanja, kami tetap beranjak. Parkir, lalu berjalan di jalan. Lihat kiri-kanan, cari sesuatu yang menarik. Menyusuri cukup jauh, dan akhirnya kami balik lagi karena niat kami hanya lihat-lihat saja, dan membelinya jika menarik. Tiba-tiba, mata saya melihat sesuatu yang cukup nyentrik, dan terlihat nginclong. Adalah sebuah sabuk dengan buckle berbentuk dua buah gitar yang disilangkan. Looks like a rocker. Saya pun mencoba menawarnya. Harga awalnya 55rb, dan setelah tawar menawar alot, saya mendapatkannya dengan harga 45rb. Lumayan, berkurang 10rb.

Ternyata, perut kami mulai meraung-raung meminta makan. Jadilah kami membeli bubur di tukang bubur. Buburnya bubur cina, bukan bubur kampung yang pake kacang dsb. Gawatnya, porsinya tidak sebesar biasanya. Imbasnya, 2 setengah mangkok saya habiskan. Laper, doyan, apa gembul? Mungkin tiga-tiganya. Hahaha

Di perjalanan, kami merencanakan kejutan untuk nenek saya yang berulang tahun. Nyanyi-nyanyi, kata sambutan --yang diusulkan mama saya untuk menggunakan bahasa Belanda. Jadilah kami cekikikan karena lidah kami yang tak terbiasa berbicara seperti itu dipaksa untuk berucap yang aneh-aneh. Sayang, sesampainya di wisma, rencana tersebut tidak dapat terwujud karena sudah pada tidur. Ya memang waktu sudah menunjukan pukul setengah 12 malam dan keluarga besar papa saya bukan tipe begadang. Kami pun ikut-ikutan tidur.

Paginya, ketika waktu baru menunjukan pukul 8 pagi, kami sudah dibangunkan dengan suara menyebalkan. Ya memang kami juga sih yang menyebalkan karena bangun siang terus. Boleh dong, kan liburan harus dinikmati. Namun, ia menginginkan kami untuk bangun pagi dan melaksanakan rencana kami kemarin. Namun, saya lebih memilih tidur, dan ternyata banyak yang mendukung.

Jam setengah 10. barulah saya benar-benar terbangun. Makan dikit, dan bermain badminton. Iseng-iseng coba pakai tangan kiri biar otaknya synchron. Ternyata tidak semudah yang dikira walaupun beberapa beberapa diantaranya berhasil saya pukul. Lagi seru-seru main eh tiba-tiba cock-nya nyangkut di atap. Permainan tidak bisa dilanjutkan kembali, maka kami pun berbersih diri.

Nah tiba saatnya menjalankan plan kami. Delapan cucu nenek berbaris, dan berjalan dengan kompak sembari menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk nenek kami tercinta. Lalu delanjutkan dengan tiup lilin, doa, dan sedikit kultum. Potong kue, dan dibagikan untuk dimakan. Rasanya enak banget kue coklat tersebut yang banyak choco chipnya.

Setelah itu, foto bersama, beres-beres, lalu kami pun berpisah. Terima kasih semua atas waktunya yang menyenangkan. Bersama T. Uwid cs., kami tidak segera beranjak pulang, tetapi kami jalan-jalan (lagi) ke Cihampelas karena ada yang ingin membeli baju. Saya pun ikut-ikutan beli baju. Ada yang menarik perhatian saya, yaitu "100rb/3 pieces." Lumayan nih.. Saya pun mencoba satu baju untuk menentukan ukuran, dan ketika dibuka, BREK. BAJUNYA SOBEK!!! Panik.. Panik.. Panik.. Bisa rugi saya kalau membeli baju sobek. "Mas, gimana nih?" tanya saya panik. Dia menjawab "gak apa-apa, emang bahannya jelek." Wah sialan juga nih, baju jelek dijual. Ngerjain juga nih saya dibuatnya panik. Untung ga usah digantiin. Maaf ya mas.. Setelah terpilih 3 baju, bayar, dan kembali ke mobil.

Pulang. Bye Bandung. Thanks for those things you gave to us. Maka kami pun pulang, namun kami belum makan siang. Kami pun pergi ke Kartika Sari untuk membeli berbagai macam kue. Namun, itu bukan makan berat. Jadi, kami memutuskan untuk makan di sebuah rest area, tepatnya di Cibubur Square, dan disana ada BURGER KING, sebuah restoran favorit saya yang menjual berbagai macam burger. Tanpa pikir panjang, saya langsung makan di sana. Pesan BK Double Blackpepper. Makan sendiri, karena tak ada yang mau makan burger. Rugi mereka karena tidak tahu betapa lezatnya burger ini. Jadinya saya seperti orang madatan yang makan sendiri demi kepuasan pribadi. Siapa peduli, yang penting diri ini senang. Hahaha

Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan pulang kami, dan kami sampai dengan selamat. Home sweet home :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Isi Otomatis dari Microsoft Word

3rd Accident

Daftar Pustaka Mudah dengan Mendeley